Pages

21.4.10

Mental Kepiting

Apa sebenarnya mental kepiting? Mental kepiting dapat dijelaskan pada keadaan kepiting yang ada dalam keranjang tangkapan. Suatu ketika, akan ada seekor kepiting yang berusaha untuk keluar dari tangkapan, akan tetapi kepiting** yang lain yang ada dalam keranjang bukan berusaha untuk membantu kepiting tersebut malahan yang lain akan berusaha menariknya sehingga ia tidak akan berhasil keluar dari keranjang.
Analogi dalam perilaku manusia adalah bahwa ada kelompok yang akan mencoba untuk menarik ke bawah atau menggagalkan setiap anggotanya yang mencapai sukses yang lebih besar daripada yang lain. Mereka dapat melakukan ini dengan rumor buruk dan gosip dan lain sebagianya yang akan menyebabkan orang** berpikir dia adalah kebalikan dari siapa dia sebenarnya. Setelah mereka menarik nya, maka akan sulit baginya bangkit kembali.

Saya ambil contoh keadaan ini adalah ketika anak** yang saling berebut layangan yang putus. Layangan tersebut akan dikejar anak** tersebut sampai dapat. Namun, ketika ada seorang anak yang merasa tidak bisa mendapatkan layangan tersebut, ia akan berusaha untuk merusak dan bahkan menghancurkannya dengan batu ataupun  galah. Hal ini ditujukan agar teman** yang lain tidak dapat bisa mendapatkannya. Jadi, orang** yang berpikir dengan mental kepiting akan selalu terbetik kalimat, “Kalau saya tidak bisa dapat, maka orang lain pun tidak boleh mendapatkannya.”
Sungguh mental ini merupakan mental yang sangat destruktif. Bayangkan saja, hal ini terjadi di keluarga, teman kantor,dan semua tingkat kehidupan yang merasa enggan atau “panas” melihat seseorang keluar dari suatu keadaan yang tidak mengenakkan. Mereka akan berusaha untuk menghisap dirinya kembali ke keadaan semula.  Dengan demikian, mentalitas kepiting merupakan refleksi dari ungkapan yang terkenal "kita semua ingin melihat teman-teman kita maju, tapi tidak terlalu jauh ke depan."
Kembali ke keadaan kepiting yang menarik kepiting lainnya yang berusaha untuk keluar dari keranjang, sebenarnya mereka mampu untuk keluar dari keranjang satu-persatu. Dengan saling bekerja sama tentu mereka dapat keluar. Namun, jika tetap demikian, bukan selamat malahan semua kepiting tidak akan selamat. Bayangkan saja hal ini terjadi pada manusia ketika seedang menghadapi suatu masalah yang sangat pelik. Ketika ada seseorang yang telah menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, ia malah menggagalkannya bukan turut membantunya. Sungguh sangat egois, orang** yang memiliki mental kepiting. Ia lebih mementingkan diri serta egonya ketimbang kepentingan bersama.   
Saat ini, sudah sepatutnya saya dan kita semua berpikir, apakah kita termasuk orang** yang bermental kepiting. Karena bisa saja semua kesusahan yang menimpa bangsa ini, seperti: kemiskinan, kelaparan merupakan hasil dari perbuatan kita yang masih berpikir seperti kepiting, yang rela untuk menderita bila ada orang lain yang turut menderita.

0 comments: